Rabu, 08 Februari 2017

Gangguan Bahasa Pada Anak Usia Dini


GANGGUAN BAHASA PADA ANAK USIA DINI

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Bahasa merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan atau berkomunikasi. Saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain serta meningkatkan kemampuan intelektual, dengan berbahasa juga dapat terlihat karakter, kepribadian dan tingkat intelektualnya seseorang. Maka begitu pentingnya bahasa dalam kehidupan sehari-hari sebagai sarana untuk berkomunikasi. Berbahasa dapat dilakukan dengan lisan dan tulisan, atau melalui pendengaran maupun penglihatan. Pengembangan bahasa meliputi kemampuan berbicara, kemampuan menulis, kemampuan membaca dan kemampuan menyimak. Dari keempat kemampuan tersebut, kemampuan membaca merupakan keterampilan dasar yang sangat penting yang harus dikuasai anak usia dini.

Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses perkembangan yang pesat. Bahkan jika dipresentasikan oleh pakar pendidikan anak dunia mencapai 80% perkembangan kognitif manusia terjadi pada masa ini, Oleh karena itu usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang berharga dibanding usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik dengan karakteristik khas, baik secara fisik, psikis, sosial dan moral.
Bahasa merupakan salah satu parameter dalam perkembangan anak. Kemampuan bicara dan bahasa melibatkan perkembangan kognitif, sensorimotor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kemampuan bahasa pada umumnya dapat dibedakan atas kemampuan reseptif (mendengar dan memahami) dan kemampuan ekspresif (berbicara). Kemampuan bicara lebih dapat dinilai dari kemampuan lainnya sehingga pembahasan mengenai kemampuan bahasa lebih sering dikaitkan dengan kemampuan berbicara.
Kemahiran dalam bahasa dan berbicara dipengaruhi oleh faktor intrinsik (dari anak) dan faktor ekstrinsik (dari lingkungan). Faktor intrinsik yaitu kondisi pembawaan sejak lahir termasuk fisiologi dari organ yang terlibat dalam kemampuan bahasa dan berbicara. Sementara itu faktor ekstrinsik berupa stimulus yang ada di sekeliling anak terutama perkataan yang didengar atau ditujukan kepada si anak.
Kemampuan bicara dan bahasa adalah dua hal yang diukur secara terpisah dan secara bersama-sama dianggap mencerminkan kemampuan lisan seseorang anak secara keseluruhan. Kemampuan bicara terdiri dari berbagai bunyi yang dibuat orang dengan mulut mereka untuk menyampaikan pesan, hal tersebut merupakansuatu sarana yang digunakan untuk berkomunikasi.
Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab terhambatnya tumbuh-kembang anak yang sering ditemui. Adapun gangguan yang sering dikeluhkan orangtua yaitu keterlambatan bicara. Gangguan ini tampaknya semakin hari dilaporkan meningkat. Anak dikatakan mengalami keterlambatan bicara dan harus berkonsultasi dengan ahli, bila sampai usia 12 bulan sama sekali belum mengeluarkan ocehan atau babbling, sampai usia 18 bulan belum keluar kata pertama yang cukup jelas, padahal sudah dirangsang dengan berbagai cara, terlihat kesulitan mengatakan beberapa kata konsonan, seperti tidak memahami kata-kata yang kita ucapkan, serta terlihat berusaha sangat keras untuk mengatakan sesuatu, misalnya sampai ngiler atau raut muka berubah.  Penyebab keterlambatan bicara sangat luas dan banyak. Ada yang ringan sampai yang berat, mulai yang bisa membaik hingga yang sulit dikoreksi. Yang pasti, semakin dini mendeteksi keterlambatan bicara, maka semakin baik kemungkinan pemulihan gangguan tersebut.
Gangguan bahasa dan berbicara merupakan sebuah masalah yang sangat penting bagi perkembangan anak usia dini. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Oleh karena itu diperlukan stimulus dan latihan yang diberikan pada anak untuk mengatasi gangguan bahasa  pada anak.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apakah pengertian bahasa?
2.      Apakah yang dimaksud dengan gangguan bahasa pada anak usia dini?
3.      Bagaimana cara mengukur kemampuan bicara dan bahasa
4.      Jenis-jenis gangguan bahasa?
5.      Penyebab gangguan bahasa?
6.      Apa saja pendekatan dan metode dalam mengatasi gangguan bahasa?
7.      Apa saja Prinsip-Prinsip Umum dalam Mengatasi Gangguan Bahasa Anak

C.   Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui apakah definisi bahasa.
2.    Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan gangguan bahasa pada anak usia dini.
3.    Untuk mengukur kemampuan bahasa dan  bicara.
4.    Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis gangguan bahasa dan bicara
5.    Untuk mengetahui penyebab gangguan bahasa.
6.    Untuk mengetahui apa saja pendekatan dan metode dalam mengatasi gangguan bahasa.
7.    Untuk mengetahui prinsip-prinsip Umum dalam Mengatasi Gangguan Bahasa Anak.





















BAB II
KAJIAN TEORITIK

A.    Pengertian Bahasa.
Bahasa adalah ekspresi kemampuan manusia yang bersifat innate atau bawaan. Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa sejak lahir kita telah dilengkapi dengan kapasitas untuk dapat menggunakan bahasa. Kemampuan menggunakan bahasa  bersifat instinktif (naluriah), akan tetapi setiap orang memiliki kapasitas yang berbeda tergantung jenis bahasa ibu  yang mereka gunakan.
Selanjutnya menurut Dyer, bahasa merupakan suatu sistem simbol yang digunakan untuk mewakili pikiran seseorang yang mengacu pada kosa kata, tata bahasa, dan kondIsi sosial yang mengatur cara berkomunikasi melalui berbagai  sarana seperti berbicara, memberikan isyarat tubuh, dan menulis.[1] Sama halnya dengan Dyer menurut Bromley dalam Dheni, mendefinisikan bahasa sebagai sistem simbol yang terartur untuk mentransfer barbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual maupun verbal.[2] Menurut Hildayani bahasa adalah suatu alat bantu manusia yang luar biasa, dengan bahasa kita mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan kita kepada orang lain.[3] Selanjutnya menurut Hurlock mengungkapkan bahasa adalah ucapan pikiran dan perasaan seseorang yang teratur yang digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri dari menyimak, berbicara, membaca dan menulis.[4] Menurut beberapa pendapat diatas dapat didefinisikan bahasa sebagai rangkaian kata bermakna yang diatur dalam sutu tatanan bahasa sebagai alat penghubung atau komunikasi.  Pendapat ini didasarkan pada apa yang terlihat diluar bahwa seseorang dapat berbicara pada orang lain dengan menggunakan bahasa yang memiliki arti dan aturan tertentu.
Berdasarkan definisi diatas salah satu aspek yang akan di bahas dalam bahasa adalah berbicara. Sejak lahir secara alami manusia akan berkembang menuju arah yang lebih sempurna. Selain perkembangan oral motor atau organ-organ yang terlibat dalam kegiatan berbicara, khususnya organ mulut. Hal lain yang menunjang perkembangan berbicara adalah alat pendengaran. Alat pendengaran yang berfungsi  baik membantu manusia  dengan mudah menerima segala bentuk suara yang diperkenalkan kepadanya. Bicara adalah salah satu alat komunikasi yang paling efektif, dengan memiliki kemampuan berbicara anak dapat memenuhi kebutuhan penting lainnya, yakni kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial.
Bahasa merupakan suatu konsep yang lebih luas daripada kemampuan bicara. Bahasa dapat dibagai menjadi dua katagori, yaitu
1.      Bahasa Ekspresi.
Memformulasikan dan menyampaikan suatu pesan kepada oaring lain dengan menggunakan suatu sarana tertentu berbicara, memberikan iysarat tubuh, atau menulis.
2.      Bahasa Penerima.
Mengerti suatu pesan yang disampaikan orang lain.[5]
Antara bahasa dan pengekspresian bahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa ada di dalam otak dan ia akan tetap ada walaupun diekspresikan ataupun tidak. Seseorang yang tidak bisa bicara (bisu) bukan berarti tidak memiliki bahasa. Ia tetap mengetahui tentang kosa kata bahasa dan dapat menyimpan pengetahuannya  dalam bentuk bahasanya saja cara  mengekspresikan bahasanya berbeda dengan orang biasa. Dalam hal ini bahasa adalah suatu simbol-simbol abstrak yang diorganisasikan menurut suatu aturan umum, yang berada di dalam otak manusia.

B.     Gangguan Bahasa.
Gangguan berbahasa dapat berupa keterlambatan berbicara. Keterlambatan perkembangan berbicara yang paling sederhana adalah keterlambatan perkembangan bahasa anak di bawah umur. Gejala keterlambatan yang muncul apabila anak berumur 10 bulan belum dapat mengoceh dan 18 bulan belum menguasai kata “ papa “ dan “ mama “ atau 2 tahun belum dapat merangkai kalimat dari dua kata atau bicaranya tidak dapat dimengerti oleh orang tuanya atau tidak mengerti apa yang dikatakan kepada anak itu.
Gangguan bicara dan bahasa merupakan salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Kalau diperhatikan perkembangan bahasa anak balita (bayi sampai dengan lima tahun) kemungkinan akan ditemukan bermacam-macam kelainan. Kelainan yang dimaksud  bukanlah kelainan dalam cara pengucapan (tekanan kata atau intonasi kalimat) tetapi kelainan yang menyangkut kesulitan, atau bahkan kelambatan dalam berbicara itu sendiri.

1.      FAKTOR INTERNAL
  • Faktor Keturunan (konginetal)
Gangguan bahasa pada bayi bisa disebabkan oleh faktor keturunan. Gangguan ini bisa dikarenakan, retardasai mental, ketulian, gangguan saraf, cacat pada alat bicara seperti pada lidah, gigi, bibir, langit-langit dan anak lidah. Bisa juga karena gangguan perkembangan bicara, seperti gagap dan gangguan saraf-saraf motorik.
1.      Gangguan pendengaran

            Pada beberapa kasus, hambatan pada pendengaran berkaitan dengan keterlambatan bicara. Jika si anak mengalami kesulitan pendengaran, maka dia akan mengalami hambatan pula dalam memahami, meniru dan menggunakan bahasa. Salah satu penyebab gangguan pendengaran anak adalah karena adanya infeksi telinga. Anak dengan gangguan pendengaran biasanya ia tidak akan memberi respons terhadap bunyi-bunyian yang ada di sekitarnya. Gangguan pendengaran bisa menyebabkan anak mengalami hambatan pula dalam memahami, meniru dan menggunakan bahasa. Sebaiknya bawa segera anak ke dokter spesialis THT siapa tahu ada infeksi dengan telinganya.

2.      Gangguan bicara yang didapat

            Gangguan yang didapat adalah gangguan bicara yang diakibatkan penyakit. Bisa juga karena infeksi pada otak pasca trauma kepala, kanker otak, gangguan aliran darah ke otak, serta kelumpuhan saraf yang menggerakkan otot bicara, seperti polio dan tumor otak.

3.      Faktor kejiwaan seperti penyakit autisme

            Untuk anak autisme, perlu latihan. Pada tahap awal, stimulasi dengan kontak dengan matanya. Karena pada anak autisme tidak mau melakukan kontak mata dengan lawan bicara.
2.    FAKTOR EKSTERNAL
Yang dimaksud dengan akibat faktor lingkungan adalah terasingnya seorang anak manusia, yang aspek biologis bahasanya normal dari lingkungan kehidupan manusia. Keterasingannya bisa disebabkan karena diperlakukan dengan sengaja (sebagai eksperimen) bisa juga karena hidup bukan dalam alam lingkungan manusia.
C.    Macam-macam Kelainan Atau Gangguan Bahasa Pada Anak.
Ada beberapa gangguan yang perlu diperhatikan orang tua, yaitu
1.      Afasia
Afasia yaitu kehilangan kemampuan untuk membentuk kata-kata atau kehilangan kemampuan untuk menangkap arti kata-kata sehingga pembicaraan tidak dapat berlangsung dengan baik. Anak-anak dengan afasia didapat memiliki riwayat perkembangan bahasa awal yang normal, dan memiliki onset setelah trauma kepala atau gangguan neurologis lain.
2.      Gagap
Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir dan laring. Terdapat kecendrungan adanya riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian anak.
3.      Disfasia Perkembangan
Disfasia perkembangan adalah disfasia yang dialami anak apabila terdapat defisit dalam ekspresi verbal atau pemahaman bahasanya, tidak termasuk di dalamnya gangguan pendengaran, motorik, terbelakang mental, kerusakan otak, emosional atau lingkungan bicara yang kurang mendukung.

4. Gangguan disintegratif pada kanak-kanak (Childhood Diintegrative Disorder/CDD)
Pada usia 1-2 tahun, anak tumbuh dan berkembang dengan normal, kemudian kehilangan kemampuan yang telah dikuasainya dengan baik. Anak berkembang normal pada usia 2 tahun pertama seperti kemampuan komunikasi, sosial, bermain dan perilaku. Namun kemampuan itu terganggu sebelum usia 10 tahun, yang terganggu di antaranya adalah kemampuan bahasa, sosial, dan motorik.

5. Sindrom Asperger

Gejala khas yang timbul adalah gangguan interaksi sosial ditambah gejala keterbatasan dan pengulangan perilaku, ketertarikan, dan aktivitas. Anak dengan gangguan ini mempunyai gangguan kualitatif dalam interaksi sosial. Ditandai dengan gangguan penggunaan beberapa komunikasi nonverval (mata, pandangan, ekspresi wajah, sikap badan), tidak bisa bermain dengan anak sebaya, kurang menguasai hubungan sosial dan emosional.

6.Gangguan multisystem development disorder (MSDD)
MSDD digambarkan dengan ciri-ciri mengalami problem komunikasi, sosial, dan proses sensoris (proses penerimaan rangsang indrawi). Ciri-cirinya yang jelas adalah reaksi abnormal, bisa kurang sensitif atau hipersensitif terhadap suara, aroma, tekstur, gerakan, suhu, dan sensasi indra lainnya. Sulit berpartisipasi dalam kegiatan dengan baik, tetapi bukan karena tertarik, minat berkomunikasi dan interaksi tetap normal tetapi tidak bereaksi secara optimal dalam interaksinya. Ada masalah yang terkait dengan keteraturan tidur, selera makan, dan aktivitas rutin lainnya.

D,    Tanda-tanda Anak Mengalami Kelainan Atau Gangguan Bahasa.
  • Sampai dengan usia 10 minggu, anak tidak mau tersenyum sosial.
  • Pada usia 3 bulan, anak tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban.
  • Pada usia 6 bulan, anak tidak mampu memalingkan mata dan kepalanya terhadap suara yang datang dari belakang atau sampingnya.
  • Sampai dengan usia 8 bulan, anak tidak ada perhatian terhadap lingkungan sekitarnya.
  • Pada usia 10 bulan, anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya sendiri.
  • Pada usia 15 bulan, anak tidak berbicara, tidak mengerti dan memberikan reaksi terhadap kata-kata jangan, dadah dan sebagainya.
  • Pada usia 18 bulan, anak tidak dapat menyebutkan 10 kata tunggal.
  • Sampai usia 20 bulan, anak tidak mengucapkan 3-4 kata.
  • Pada usia 21 bulan, anak tidak memberikan reaksi terhadap perintah (misal: duduk, kemari, berdiri).
  • Pada usia 24 bulan, anak tidak dapat menyebutkan bagian-bagian tubuh dan belum mampu mengetengahkan ungkapan yang terdiri dari 2 kata.
  • Setelah usia 24 bulan, anak hanya memiliki perbendaharaan kata yang sangat sedikit atau tidak memiliki kata-kata huruf z pada frase.
  • Pada usia 30 bulan, ucapan anak tidak dapat dimengerti oleh anggota  keluarganya.
  • Pada usia 36 bulan, anak belum dapat menggunakan kalimat-kalimat sederhana, belum dapat bertanya dengan menggunakan kalimat tanya yang sederhana, dan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh orang di luar keluarganya.
  • Pada usia 3,5 tahun, anak selalu gagal untuk menyebutkan kata akhir (misalnya ‘ca’ untuk cat, ‘ba’ untuk ban, dan lain-lain).
  • Setelah usia 4 tahun, anak berbicara dengan tidak lancar (gagap).
  • Setelah usia 7 tahun, anak masih suka melakukan kesalahan dalam pengucapan.
  • Pada usia berapa saja terdapat hipernasalitas atau hiponasalitas (sengau atau bindeng) yang nyata atau memiliki suara yang monoton tanpa berhenti, sangat keras, tidak dapat didengar, dan secara terus-menerus memperdengarkan suara serak.

Dampak Negatif

Gangguan berbicara dan berbahasa dapat mempengaruhi anak dalam berkomunikasi dengan orang lain, dalam proses memahami atau menganalisa informasi. Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan sangat penting yang dibutuhkan dalam perkembangan anak, khususnya mempengaruhi perkembangan belajar dan perkembangan kognisinya. Membaca, menulis, bahasa tubuh, mendengarkan dan berbicara, semuanya merupakan bentuk berbahasa, sebuah simbol / kode yang digunakan untuk mengkomunikasikan pendapat dan pikiran.






BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Bahasa merupakan salah satu parameter dalam perkembangan anak. Kemampuan bicara dan bahasa melibatkan perkembangan kognitif, sensorimotor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kemampuan bahasa pada umumnya dapat dibedakan atas kemampuan reseptif (mendengar dan memahami) dan kemampuan ekspresif (berbicara). Kemampuan bicara lebih dapat dinilai dari kemampuan lainnya sehingga pembahasan mengenai kemampuan bahasa lebih sering dikaitkan dengan kemampuan berbicara. Berbicara dengan orang tua maupun dengan orang dewasa lainnya merupakan salah satu cara efektif bagi seorang anak untuk meningkatkan kosakatanya dan membantu perkembangan berbahasanya secara keseluruhan.
Gangguan bahasa adalah gangguan yang terjadi pada anak terkait kemampuannya dalam mengenal kata, menyusun kalimat dalam memahami struktur kalimat. Sementara gangguan bicara merupakan gangguan yang terjadi pada kemampuan anak dalam pengungkapan bahasa baik itu berhubungan dengan kematangan organ maupun masalah lainya. Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak.Gangguan berbicara dikategorikan dalam lima hal yaitu gangguan berbicara, gangguan pendengaran, Gangguan yang terjadi akibat Central Cephalic System, gangguan fungsi emosional-sosial berat, dan ganguuan kognitif. Gangguan bahasa dibagi atas dua bagian yaitu gangguan disfasia dan afasia. Penyebab gangguan berbahasa terbagi menjadi 2 yaitu faktor Internal dan faktor eksternal.

B.   Saran
a.    Untuk Orang tua
Untuk memberi informasi tentang perkembangan bahasa dan bicara pada anak serta gangguan-gangguan bahasa dan bicara yang dialami anak dan juga cara menangganinya.
b.    Untuk Guru
Untuk memberi informasi bagaimana perkembangan anak didik tentang bahasa dan bicara, gangguan bahasa dan bicara serta pendekatan dan metode yang digunakan untuk mengajar pada anak.
c.    Untuk Peneliti
Untuk memberikan informasi tentang gangguan-gangguan bahasa dan bicara yang dapat dikaji ulang untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.




[1] Laura Dyer. Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak (Jakarta:BIP,2009), hal.1.
[2] Nurbiana Dheni dkk. Metode Pengembangan Bahasa (Tanggerang Selatan:Universitas Terbuka,2012), hal 1.3
[3]  Rani Hidayani dkk. Psikologi Perkembangan Anak (Jakarta:Universitas Terbuka, 2009) hal11.3
[4] Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak Edisi Keenam.( Jakarta : Erlangga,1997),hal.11
[5] Laura Dyer, MCD. Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak,(Jakarta, PT Bhuana Ilmu Populer, 2009) hal 2-3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar