GANGGUAN BAHASA PADA ANAK USIA DINI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bahasa merupakan salah satu bagian
terpenting dalam kehidupan manusia. Bahasa memungkinkan manusia untuk saling
berhubungan atau berkomunikasi. Saling berbagi pengalaman, saling belajar dari
yang lain serta meningkatkan kemampuan intelektual, dengan berbahasa juga dapat
terlihat karakter, kepribadian dan tingkat intelektualnya seseorang. Maka
begitu pentingnya bahasa dalam kehidupan sehari-hari sebagai sarana untuk
berkomunikasi. Berbahasa dapat dilakukan dengan lisan dan tulisan, atau melalui
pendengaran maupun penglihatan. Pengembangan bahasa meliputi kemampuan
berbicara, kemampuan menulis, kemampuan membaca dan kemampuan menyimak. Dari
keempat kemampuan tersebut, kemampuan membaca merupakan keterampilan dasar yang
sangat penting yang harus dikuasai anak usia dini.
Anak usia dini adalah individu yang
sedang mengalami proses perkembangan yang pesat. Bahkan jika dipresentasikan
oleh pakar pendidikan anak dunia mencapai 80% perkembangan kognitif manusia
terjadi pada masa ini, Oleh karena itu usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang
berharga dibanding usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan
yang unik dengan karakteristik khas, baik secara fisik, psikis, sosial dan
moral.
Bahasa merupakan salah satu
parameter dalam perkembangan anak. Kemampuan bicara dan bahasa melibatkan
perkembangan kognitif, sensorimotor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar
anak. Kemampuan bahasa pada umumnya dapat dibedakan atas kemampuan reseptif
(mendengar dan memahami) dan kemampuan ekspresif (berbicara). Kemampuan bicara
lebih dapat dinilai dari kemampuan lainnya sehingga pembahasan mengenai
kemampuan bahasa lebih sering dikaitkan dengan kemampuan berbicara.
Kemahiran dalam bahasa dan
berbicara dipengaruhi oleh faktor intrinsik (dari anak) dan faktor ekstrinsik
(dari lingkungan). Faktor intrinsik yaitu kondisi pembawaan sejak lahir
termasuk fisiologi dari organ yang terlibat dalam kemampuan bahasa dan
berbicara. Sementara itu faktor ekstrinsik berupa stimulus yang ada di
sekeliling anak terutama perkataan yang didengar atau ditujukan kepada si anak.
Kemampuan bicara dan bahasa
adalah dua hal yang diukur secara terpisah dan secara bersama-sama dianggap
mencerminkan kemampuan lisan seseorang anak secara keseluruhan. Kemampuan
bicara terdiri dari berbagai bunyi yang dibuat orang dengan mulut mereka untuk
menyampaikan pesan, hal tersebut merupakansuatu sarana yang digunakan untuk
berkomunikasi.
Gangguan bicara dan bahasa adalah salah
satu penyebab terhambatnya tumbuh-kembang anak yang sering ditemui. Adapun
gangguan yang sering dikeluhkan orangtua yaitu keterlambatan bicara. Gangguan
ini tampaknya semakin hari dilaporkan meningkat. Anak dikatakan
mengalami keterlambatan bicara dan harus berkonsultasi dengan ahli, bila sampai
usia 12 bulan sama sekali belum mengeluarkan ocehan atau babbling, sampai usia
18 bulan belum keluar kata pertama yang cukup jelas, padahal sudah dirangsang
dengan berbagai cara, terlihat kesulitan mengatakan beberapa kata konsonan,
seperti tidak memahami kata-kata yang kita ucapkan, serta terlihat berusaha
sangat keras untuk mengatakan sesuatu, misalnya sampai ngiler atau raut muka
berubah. Penyebab keterlambatan
bicara sangat luas dan banyak. Ada yang ringan sampai yang berat, mulai yang
bisa membaik hingga yang sulit dikoreksi. Yang pasti, semakin dini mendeteksi
keterlambatan bicara, maka semakin baik kemungkinan pemulihan gangguan
tersebut.
Gangguan bahasa dan berbicara merupakan
sebuah masalah yang sangat penting bagi perkembangan anak usia
dini. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang
sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Oleh karena
itu diperlukan stimulus dan latihan yang diberikan pada anak untuk mengatasi
gangguan bahasa pada anak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah
pengertian bahasa?
2. Apakah
yang dimaksud dengan gangguan bahasa pada anak usia dini?
3. Bagaimana cara mengukur kemampuan bicara dan bahasa
4.
Jenis-jenis gangguan bahasa?
5. Penyebab
gangguan bahasa?
6. Apa
saja pendekatan dan metode dalam mengatasi gangguan bahasa?
7. Apa saja Prinsip-Prinsip Umum
dalam Mengatasi Gangguan Bahasa Anak
C. Tujuan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui apakah
definisi bahasa.
2.
Untuk mengetahui apakah
yang dimaksud dengan gangguan bahasa pada anak usia dini.
3.
Untuk mengukur
kemampuan bahasa dan bicara.
4. Untuk
mengetahui apa saja jenis-jenis gangguan bahasa dan bicara
5. Untuk
mengetahui penyebab gangguan bahasa.
6. Untuk
mengetahui apa saja pendekatan dan metode dalam mengatasi gangguan bahasa.
7.
Untuk mengetahui prinsip-prinsip Umum dalam
Mengatasi Gangguan Bahasa Anak.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Pengertian
Bahasa.
Bahasa
adalah ekspresi kemampuan manusia yang bersifat innate atau bawaan. Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa
sejak lahir kita telah dilengkapi dengan kapasitas untuk dapat menggunakan
bahasa. Kemampuan menggunakan bahasa
bersifat instinktif (naluriah), akan tetapi setiap orang memiliki
kapasitas yang berbeda tergantung jenis bahasa ibu yang mereka gunakan.
Selanjutnya menurut Dyer, bahasa
merupakan suatu sistem simbol yang digunakan untuk mewakili pikiran seseorang
yang mengacu pada kosa kata, tata bahasa, dan kondIsi sosial yang mengatur
cara berkomunikasi
melalui berbagai sarana seperti berbicara, memberikan
isyarat tubuh, dan menulis.[1] Sama halnya dengan Dyer menurut Bromley dalam Dheni,
mendefinisikan bahasa sebagai sistem simbol yang terartur untuk mentransfer
barbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual maupun
verbal.[2] Menurut
Hildayani bahasa adalah suatu alat bantu manusia yang luar biasa, dengan bahasa
kita mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan kita kepada orang lain.[3]
Selanjutnya menurut Hurlock mengungkapkan bahasa adalah ucapan pikiran dan
perasaan seseorang yang teratur yang digunakan sebagai alat komunikasi antar
anggota masyarakat yang terdiri dari menyimak, berbicara, membaca dan menulis.[4]
Menurut beberapa pendapat diatas dapat didefinisikan
bahasa sebagai rangkaian kata bermakna yang diatur dalam sutu tatanan bahasa
sebagai alat penghubung atau komunikasi. Pendapat ini didasarkan pada apa yang terlihat
diluar bahwa seseorang dapat berbicara pada orang lain dengan menggunakan
bahasa yang memiliki arti dan aturan tertentu.
Berdasarkan definisi diatas
salah satu aspek yang
akan di bahas dalam bahasa adalah berbicara. Sejak
lahir secara alami manusia akan berkembang menuju arah yang lebih sempurna.
Selain perkembangan oral motor atau organ-organ yang terlibat dalam kegiatan
berbicara, khususnya organ mulut. Hal lain yang menunjang perkembangan
berbicara adalah alat pendengaran. Alat pendengaran yang berfungsi baik membantu manusia dengan mudah menerima segala bentuk suara
yang diperkenalkan kepadanya. Bicara adalah salah satu alat komunikasi yang
paling efektif, dengan memiliki kemampuan berbicara anak dapat memenuhi
kebutuhan penting lainnya, yakni kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok
sosial.
Bahasa merupakan suatu
konsep yang lebih luas daripada kemampuan bicara. Bahasa dapat dibagai menjadi
dua katagori, yaitu
1.
Bahasa Ekspresi.
Memformulasikan
dan menyampaikan suatu pesan kepada oaring lain dengan menggunakan suatu sarana
tertentu berbicara, memberikan iysarat tubuh, atau menulis.
2.
Bahasa Penerima.
Mengerti
suatu pesan yang disampaikan orang lain.[5]
Antara
bahasa dan pengekspresian bahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa ada di
dalam otak dan ia akan tetap ada walaupun diekspresikan ataupun tidak.
Seseorang yang tidak bisa bicara (bisu) bukan berarti tidak memiliki bahasa. Ia
tetap mengetahui tentang kosa kata bahasa dan dapat menyimpan
pengetahuannya dalam bentuk bahasanya
saja cara mengekspresikan bahasanya
berbeda dengan orang biasa. Dalam hal ini bahasa adalah suatu simbol-simbol
abstrak yang diorganisasikan menurut suatu aturan umum, yang berada di dalam
otak manusia.
B. Gangguan
Bahasa.
Gangguan berbahasa dapat berupa
keterlambatan berbicara. Keterlambatan perkembangan berbicara yang paling
sederhana adalah keterlambatan perkembangan bahasa anak di bawah umur. Gejala
keterlambatan yang muncul apabila anak berumur 10 bulan belum dapat mengoceh
dan 18 bulan belum menguasai kata “ papa “ dan “ mama “ atau 2 tahun belum
dapat merangkai kalimat dari dua kata atau bicaranya tidak dapat dimengerti
oleh orang tuanya atau tidak mengerti apa yang dikatakan kepada anak itu.
Gangguan
bicara dan bahasa merupakan salah
satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak.
Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan
orang tua kepada dokter. Kalau
diperhatikan perkembangan bahasa anak balita (bayi sampai dengan lima tahun)
kemungkinan akan ditemukan bermacam-macam kelainan. Kelainan yang dimaksud bukanlah kelainan dalam cara pengucapan
(tekanan kata atau intonasi kalimat) tetapi kelainan yang menyangkut kesulitan,
atau bahkan kelambatan dalam berbicara itu sendiri.
1.
FAKTOR INTERNAL
- Faktor
Keturunan (konginetal)
Gangguan bahasa pada bayi bisa
disebabkan oleh faktor keturunan. Gangguan ini bisa dikarenakan, retardasai
mental, ketulian, gangguan saraf, cacat pada alat bicara seperti pada lidah,
gigi, bibir, langit-langit dan anak lidah. Bisa juga karena gangguan
perkembangan bicara, seperti gagap dan gangguan saraf-saraf motorik.
1. Gangguan pendengaran
Pada beberapa kasus, hambatan pada pendengaran berkaitan dengan keterlambatan bicara. Jika si anak mengalami kesulitan pendengaran, maka dia akan mengalami hambatan pula dalam memahami, meniru dan menggunakan bahasa. Salah satu penyebab gangguan pendengaran anak adalah karena adanya infeksi telinga. Anak dengan gangguan pendengaran biasanya ia tidak akan memberi respons terhadap bunyi-bunyian yang ada di sekitarnya. Gangguan pendengaran bisa menyebabkan anak mengalami hambatan pula dalam memahami, meniru dan menggunakan bahasa. Sebaiknya bawa segera anak ke dokter spesialis THT siapa tahu ada infeksi dengan telinganya.
2. Gangguan
bicara yang didapat
Gangguan yang didapat adalah gangguan bicara yang diakibatkan penyakit. Bisa juga karena infeksi pada otak pasca trauma kepala, kanker otak, gangguan aliran darah ke otak, serta kelumpuhan saraf yang menggerakkan otot bicara, seperti polio dan tumor otak.
3. Faktor
kejiwaan seperti penyakit autisme
Untuk anak autisme, perlu latihan. Pada tahap awal, stimulasi dengan kontak dengan matanya. Karena pada anak autisme tidak mau melakukan kontak mata dengan lawan bicara.
2. FAKTOR EKSTERNAL
Yang dimaksud dengan akibat faktor
lingkungan adalah terasingnya seorang anak manusia, yang aspek biologis
bahasanya normal dari lingkungan kehidupan manusia. Keterasingannya bisa
disebabkan karena diperlakukan dengan sengaja (sebagai eksperimen) bisa juga
karena hidup bukan dalam alam lingkungan manusia.
C.
Macam-macam
Kelainan Atau Gangguan Bahasa Pada Anak.
Ada beberapa
gangguan yang perlu diperhatikan orang tua, yaitu
1.
Afasia
Afasia yaitu kehilangan kemampuan
untuk membentuk kata-kata atau kehilangan kemampuan untuk menangkap arti
kata-kata sehingga pembicaraan tidak dapat berlangsung dengan baik. Anak-anak
dengan afasia didapat memiliki riwayat perkembangan bahasa awal yang normal,
dan memiliki onset setelah trauma kepala atau gangguan neurologis lain.
2.
Gagap
Gagap adalah gangguan kelancaran
atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Terdapat pengulangan
suara, suku kata atau kata atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi
spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir dan laring. Terdapat
kecendrungan adanya riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat
disebabkan oleh tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan jelas, gangguan
lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian anak.
3.
Disfasia Perkembangan
Disfasia perkembangan adalah
disfasia yang dialami anak apabila terdapat defisit dalam ekspresi verbal atau
pemahaman bahasanya, tidak termasuk di dalamnya gangguan pendengaran, motorik,
terbelakang mental, kerusakan otak, emosional atau lingkungan bicara yang
kurang mendukung.
4. Gangguan disintegratif pada kanak-kanak (Childhood Diintegrative Disorder/CDD)
Pada usia 1-2 tahun, anak tumbuh dan berkembang dengan normal, kemudian kehilangan kemampuan yang telah dikuasainya dengan baik. Anak berkembang normal pada usia 2 tahun pertama seperti kemampuan komunikasi, sosial, bermain dan perilaku. Namun kemampuan itu terganggu sebelum usia 10 tahun, yang terganggu di antaranya adalah kemampuan bahasa, sosial, dan motorik.
5. Sindrom Asperger
Gejala khas yang timbul adalah gangguan interaksi sosial ditambah gejala keterbatasan dan pengulangan perilaku, ketertarikan, dan aktivitas. Anak dengan gangguan ini mempunyai gangguan kualitatif dalam interaksi sosial. Ditandai dengan gangguan penggunaan beberapa komunikasi nonverval (mata, pandangan, ekspresi wajah, sikap badan), tidak bisa bermain dengan anak sebaya, kurang menguasai hubungan sosial dan emosional.
6.Gangguan multisystem development disorder (MSDD)
MSDD digambarkan dengan ciri-ciri mengalami problem komunikasi, sosial, dan proses sensoris (proses penerimaan rangsang indrawi). Ciri-cirinya yang jelas adalah reaksi abnormal, bisa kurang sensitif atau hipersensitif terhadap suara, aroma, tekstur, gerakan, suhu, dan sensasi indra lainnya. Sulit berpartisipasi dalam kegiatan dengan baik, tetapi bukan karena tertarik, minat berkomunikasi dan interaksi tetap normal tetapi tidak bereaksi secara optimal dalam interaksinya. Ada masalah yang terkait dengan keteraturan tidur, selera makan, dan aktivitas rutin lainnya.
D, Tanda-tanda Anak Mengalami Kelainan Atau
Gangguan Bahasa.
- Sampai
dengan usia 10 minggu, anak tidak mau tersenyum sosial.
- Pada
usia 3 bulan, anak tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban.
- Pada
usia 6 bulan, anak tidak mampu memalingkan mata dan kepalanya terhadap
suara yang datang dari belakang atau sampingnya.
- Sampai
dengan usia 8 bulan, anak tidak ada perhatian terhadap lingkungan
sekitarnya.
- Pada
usia 10 bulan, anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya
sendiri.
- Pada
usia 15 bulan, anak tidak berbicara, tidak mengerti dan memberikan reaksi
terhadap kata-kata jangan, dadah dan sebagainya.
- Pada
usia 18 bulan, anak tidak dapat menyebutkan 10 kata tunggal.
- Sampai
usia 20 bulan, anak tidak mengucapkan 3-4 kata.
- Pada
usia 21 bulan, anak tidak memberikan reaksi terhadap perintah (misal:
duduk, kemari, berdiri).
- Pada
usia 24 bulan, anak tidak dapat menyebutkan bagian-bagian tubuh dan belum
mampu mengetengahkan ungkapan yang terdiri dari 2 kata.
- Setelah
usia 24 bulan, anak hanya memiliki perbendaharaan kata yang sangat sedikit
atau tidak memiliki kata-kata huruf z pada frase.
- Pada
usia 30 bulan, ucapan anak tidak dapat dimengerti oleh anggota
keluarganya.
- Pada
usia 36 bulan, anak belum dapat menggunakan kalimat-kalimat sederhana,
belum dapat bertanya dengan menggunakan kalimat tanya yang sederhana, dan
ucapannya tidak dapat dimengerti oleh orang di luar keluarganya.
- Pada
usia 3,5 tahun, anak selalu gagal untuk menyebutkan kata akhir (misalnya
‘ca’ untuk cat, ‘ba’ untuk ban, dan lain-lain).
- Setelah
usia 4 tahun, anak berbicara dengan tidak lancar (gagap).
- Setelah
usia 7 tahun, anak masih suka melakukan kesalahan dalam pengucapan.
- Pada
usia berapa saja terdapat hipernasalitas atau hiponasalitas (sengau atau
bindeng) yang nyata atau memiliki suara yang monoton tanpa berhenti,
sangat keras, tidak dapat didengar, dan secara terus-menerus
memperdengarkan suara serak.
Dampak Negatif
Gangguan
berbicara dan berbahasa dapat mempengaruhi anak dalam berkomunikasi dengan
orang lain, dalam proses memahami atau menganalisa informasi. Keterampilan berkomunikasi
merupakan keterampilan
sangat penting yang dibutuhkan dalam perkembangan anak, khususnya mempengaruhi
perkembangan belajar dan perkembangan kognisinya. Membaca, menulis, bahasa
tubuh, mendengarkan dan berbicara, semuanya merupakan bentuk berbahasa, sebuah
simbol / kode yang digunakan untuk mengkomunikasikan pendapat dan pikiran.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bahasa merupakan salah satu parameter dalam perkembangan anak. Kemampuan
bicara dan bahasa melibatkan perkembangan kognitif, sensorimotor, psikologis,
emosi dan lingkungan sekitar anak. Kemampuan bahasa pada umumnya dapat
dibedakan atas kemampuan reseptif (mendengar dan memahami) dan kemampuan
ekspresif (berbicara). Kemampuan bicara lebih dapat dinilai dari kemampuan
lainnya sehingga pembahasan mengenai kemampuan bahasa lebih sering dikaitkan
dengan kemampuan berbicara. Berbicara dengan orang tua maupun dengan orang
dewasa lainnya merupakan salah satu cara efektif bagi seorang anak untuk
meningkatkan kosakatanya dan membantu perkembangan berbahasanya secara
keseluruhan.
Gangguan
bahasa adalah gangguan yang terjadi pada anak terkait kemampuannya dalam
mengenal kata, menyusun kalimat dalam memahami struktur kalimat. Sementara
gangguan bicara merupakan gangguan yang terjadi pada kemampuan anak dalam
pengungkapan bahasa baik itu berhubungan dengan kematangan organ maupun masalah
lainya. Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan
perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak.Gangguan berbicara dikategorikan dalam lima hal yaitu
gangguan berbicara, gangguan pendengaran, Gangguan yang terjadi akibat Central Cephalic System, gangguan fungsi
emosional-sosial berat, dan ganguuan kognitif. Gangguan
bahasa dibagi atas dua bagian
yaitu gangguan disfasia dan afasia. Penyebab gangguan
berbahasa terbagi menjadi 2 yaitu faktor Internal dan faktor eksternal.
B.
Saran
a. Untuk
Orang tua
Untuk
memberi informasi tentang perkembangan bahasa dan bicara pada anak serta
gangguan-gangguan bahasa dan bicara yang dialami anak dan juga cara
menangganinya.
b. Untuk
Guru
Untuk
memberi informasi bagaimana perkembangan anak didik tentang bahasa dan bicara,
gangguan bahasa dan bicara serta pendekatan dan metode yang digunakan untuk
mengajar pada anak.
c. Untuk
Peneliti
Untuk
memberikan informasi tentang gangguan-gangguan bahasa dan bicara yang dapat
dikaji ulang untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar